Potential Assessment and Assessment Center

http://www.adilkurnia.com is the website for human resource development

Human Resource Management Consultancy

http://www.adilkurnia.com is the website for human resource development

Job Analysis, Workload Analysis and Job Design

http://www.adilkurnia.com is the website for human resource development

Recruitment, Manpower Supply and Outsourcing

http://www.adilkurnia.com/ is the website for human resource development

Training and Development

http://www.adilkurnia.com is the website for human resource development

Sunday, 29 September 2013

Kisah Si Pencuri Kue


Suatu malam, seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di sebuah gerai toko di bandara, lalu menemukan tempat duduk.

Sambil duduk, wanita tersebut memakan kue sambil membaca buku yang baru dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yang berada diantara mereka berdua. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.

Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si "Pencuri Kue" yang pemberani itu menghabiskan persediaannya.Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki itu juga mengambil satu. Ia makin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itu pun sempat berpikir: ("Kalau aku bukan orang baik, tentu sudah kutonjok dia !").

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia segera mengumpulkan barang-barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari buku yang hampir selesai dibacanya.

Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas karena kaget. Ternyata di situ ada kantong kuenya. "Kok milikku ada di sini, jadi kue tadi adalah milik siapa... Milik lelaki itu?", pikirnya dengan masih terheran.

"Ah, terlambat sudah untuk meminta maaf", ia pun tersandar dan merasa sedih. "Bahwa sesungguhnya akulah yang salah, tak tahu terima kasih dan akulah sesungguhnya sang pencuri kue itu; bukan dia!", pikirnya dengan perasaan sangat menyesal.

Dalam hidup ini, kisah pencuri kue seperti tadi seringkali terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, dan tak jarang kita berprasangka buruk. Orang lainlah yang selalu salah, orang lain yang patut disingkirkan, orang lain yang tak tahu diri, orang lain yang berdosa, orang lain yang selalu bikin masalah. Kita sering mengalami hal diatas, kita sering berpikir bahwa kita paling benar sendiri, kita paling suci, kita paling tinggi, kita paling pintar, dan seterusnya.


(BBM from PB)

Sunday, 15 September 2013

Training Workload Analysis

 
Pengantar

 
Seringkali terjadi saling lempar tanggung jawab dalam pengelolaan pekerjaan di perusahaan. Terdapat beberapa orang yang bekerja di perusahaan merasa terbebani dengan pekerjaannya, sementara yang lain terlihat lebih santai. Kondisi ini memuat lingkungan kerja menjadi tidak kondusif. Dan bila dibiarkan akan memberikan dampak demotivasi dalam pekerjaan. Kondisi di atas, terjadi karena metode pembebanan pekerjaan belum dimiliki oleh perusahaan. Dan jikalau terjadi metodenya seringkali belum tepat.  Sehingga hasilnya kurang begitu akurat.
 
Metode yang dipakai adalah Work Load Analysis yaitu gambaran deskriptif dari beban kerja yang dibutuhkan dalam satu unit organisai. Metode ini memberikan informasi tentang alokasi sumber daya karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. 
 
Pelatihan ini menjamin anda dapat memahami secara praktis, sehingga dapat digunakan dalam pekerjaan di perusahaan. Pelatihan ini juga dilakukan secara gamblang sehingga mudah dimengerti karena dikembangkan berdasarkan pengalaman praktis di perusahaan. Model pembelajaran yang berhasil akan menjadi pola dalam pelatihan ini
 
 
Tujuan dan Manfaat Pelatihan
 
Untuk peramalan/proyeksi terhadap kebutuhan tenaga kerja untuk periode tertentu. 
Melakukan analisa terhadap kemampuan tenaga kerja yang sekarang.  
Memenuhi kebutuhan yang akan datang. Memungkinkan perusahaan untuk melakukan pengurangan karyawan atau penyesuaian lewat transfer intern atau ekspansi atau Man Power Planning.
 
 
Materi
 
                        1. Pengertian Job Description
                        2. Manfaat Job Description
                        3. Analysis Job Description
                        4. Pengertian Workload 
                        5. Manfaat Workload Analysis
                        6. Integrating Human Capital to Organizational Strategy
                        7. Tuntutan Tata Kelola SDM
                        8. Bagaimana Menghitung FTE
                        9. Efficient VS Effective
                        10. Activity base
                        11. Cara menghitung activity base
                        12. Process Base
                        13. Cara menghitung Base Activity
                        14. Effective Working
                        15. Proses Assesmen Process Base
                        16. Analisis pasca penghitungan
                        17.  Workforce planning
 
 
Sumber: Markshare Training

Training Need Analysis

PENGANTAR :
 
Di era perubahan yang makin cepat, rencana organisasi yang strategic dan dinamis, serta penuh perubahan sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan Asset terpenting yaitu SDM. Untuk itu, program pelatihan  adalah eksekusi nyata untuk memberikan pembekalan pertama yang kemudian implementasi di lapangan. Salah satu hal penting yang seringkali terabaikan adalah analisis kebutuhan pelatihan (training needs analysis).   Adanya analisis kebutuhan pelatihan yang cermat bisa secara drastis “mendongkrak” efektivitas program pelatihan, dan benar-benar menjadi jalan menuju kesuksesan. Program 2 hari ini akan membantu para personel pengembangan SDM organisasi Anda agar mampu merancang program pelatihan bagi seluruh komponen organisasi Anda.

 
SASARAN PELATIHAN :
  1. Memahami keterkaitan antara pelatihan dengan pengembangan sumber daya manusia.
  2. Mampu mengidentifikasi masalah-masalah kinerja sumber daya manusia dan mengembangkan alternatif-alternatif solusinya.
  3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dalam kerangka peningkatan kinerja dan produktivitas sumber daya manusia.
  4. Mampu merancang program pelatihan sesuai dengan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di dalam organisasi.
 
MATERI PROGRAM :
  1. Memetakan keterkaitan kebutuhan bisnis dan kebutuhan pelatihan
  2. Melakukan identifikasi Pengembangan Sumber Daya Manusia 
  3. Identifikasi Masalah Kinengemberja 
  4. Analisis Pekerjaan dan Uraian Pekerjaan 
  5. Desain Kuesioner 
  6. Teknik Wawancara 
  7. Mendesain Program Pelatihan 



Sumber: Markshare Training

Sunday, 8 September 2013

Menonton "Symphony On The Sea" di Darwin



Foto: Fildza Adilla
Hari Sabtu, 7 September 2013 ada acara yang unik dan menarik untuk ditonton di Darwin. Kalau biasanya kita menonton pertunjukkan orchestra di suatu gedung atau di ruangan, kali ini orkestra itu akan dimainkan di atas air atau tepatnya di atas kapal di tepi dermaga. Acara tersebut diberi tajuk "Symphony On The Sea".

Setelah janjian dengan beberapa teman mahasiswa Indonesia, maka berangkatlah kami sekitar pukul 4.30 pm secara beriringan menggunakan 2 mobil menuju lokasinya yaitu di Dermaga Stokes Hill Wharf. Satu mobil lainnya yang berangkat sepuluh menit lebih awal mengabarkan bahwa tempat parkir yang dekat lokasi sudah penuh. Jadi kami terpaksa harus cari parkir yang agak jauh yaitu di sekitar kantor Darwin City Council yang kebetulan berdekatan dengan Kantor Konsulat Jenderal RI di Jalan Harry Chan, di pusat kota Darwin.

Konsekuensi dapat parkir jauh adalah kita siap-siap capek berjalan kaki menuju lokasi. Tapi untunglah banyak juga pengunjung lain yang memparkir mobilnya di sekitar sana bahkan lebih jauh lagi. Jadi antisipasi bakal capek jalan kaki ternyata jadi tidak dirasakan. Banyaknya orang yang berjalan kaki bersama menuju tempat tujuan yang sama, meskipun dengan langkah yang cepat tapi jika dilakukan sambil mengobrol hal-hal yang menyenangkan ternyata bisa membuat jarak yang jauh menjadi terasa dekat. Apalagi cuaca sore itu yang tidak panas bahkan tampak cerah sejuk juga sangat mendukung.

Sesampainya di mulut jembatan menuju dermaga, kami melewati pos yang dijaga beberapa orang panitia dan security untuk memeriksa (tepatnya mengamati) para pengunjung yang datang agar tidak membawa makanan/minuman dari luar ke dalam lokasi pertunjukkan. Ini karena di sana telah dijual makanan dan minuman dari stall (stand) yang disediakan panitia. Selain itu, di lokasi Dermaga Wharf dalam sehari-harinya juga digunakan sebagai pusat kuliner tepi laut yang terkenal dengan menu "Fish and Chips"nya.

Di ujung jembatan memasuki lokasi Dermaga Wharf, beberapa orang dengan berseragam tertentu (bukan Security) tampak berkerumun. Sepertinya mereka dari panitia penyelenggara, bukan dari Red Cross (PMI) atau pihak Asuransi (emangnya kayak di Bandara kita, hehe...). Pastinya juga mereka bukan dari Panti Asuhan atau Panitia Pembangunan Rumah Ibadah tertentu (Hicks! Aku kok menyindir budaya negara sendiri sih, ampuuun...).

"Lho katanya ini free event, kok kita harus bayar sih!" pikirku. Apalagi sebagian besar public events di Darwin tidak dipungut bayaran alias gratis. Oh rupanya pengunjung bukannya harus bayar, tapi mereka diharapkan mau memberikan donasi (sumbangan) sukarela ala kadarnya. Maka berdencing-dencinglah bunyi koin (uang logam) recehan di dalam ember putih yang dipegang para petugas itu. Para pengunjung memang melemparkan recehan koin mereka yang satuannya bisa antara 1 sen, 5 sen, 10 sen, 20 sen, 50 sen, 1 dolar atau 2 dolar yang terbesar.

Karena tidak membawa uang koin, aku masukkan ke ember plastik itu uang kertas terkecil sebesar 5 dolar. Mungkin karena dianggap agak besar nominalnya, si petugas lalu memberikan semacam buklet panduan acara plus koran harian lokal NT News. Sementara mereka yang cuma nyemplungin koin recehan tidak dikasih buklet. Oh rupanya ada beda perlakuan terhadap donatur koin recehan dan uang kertas!

Menuju tempat duduk penonton, kami melewati beberapa stall (stand) penjual makanan/minuman. Jangan bayangkan di sana ada abang-abang penjual nasi goreng, mie tektek, gorengan, kue putu apalagi kerak telor seperti di Jakarta. Yang dijual di stall-stall itu (ada sekitar 8 stall) adalah berbagai kue-kue, burger, masakan Cina, India dan Thailand, soft drink serta minuman beralkohol. Yang terakhir ini sepertinya wajib ada dan tidak dilarang di acara-acara seperti ini di Darwin, apalagi ini malam minggu. Juga kebetulan di Darwin belum ada Cabang FPI (Ormas tertentu), jadi dijamin aman tidak ada yang sweeping miras, haha...

Ketika kami datang, tempat duduk yang tersedia baru terisi sekitar seperempatnya. Kami rupanya datang cukup awal jadi lumayan dapat duduk di deretan kelima dari depan. Tapi menjelang acara dimulai pukul 6.30 pm, panitia mengumumkan bahwa lokasi VIP di Sayap Kiri ternyata masih kosong karena ada rombongan undangan yang tidak jadi hadir dan para penonton non VIP dipersilakan untuk menempatinya. Maka dengan sigap rombongan kami bergegas pindah ke lokasi VIP yang kebetulan dekat dengan tempat kami duduk semula dan entah bagaimana prosesnya akhirnya kami berhasil menempati kursi di deretan paling depan dan deretan kedua dengan sedikit agak ke kiri.

Deretan kursi penonton paling depan itu berada persis di tepi dermaga yang hanya dibatasi oleh pagar besi pendek non permanen yang sengaja dipasang secara temporal khusus dalam rangka acara ini untuk menjaga agar penonton terutama anak kecil tidak mudah tercemplung ke air laut. Tapi kalau pun ada yang kecemplung, kita tidak perlu khawatir karena di sana terlihat mondar-mandir boat (perahu kecil) tim penyelamat yang siap siaga untuk menolong. Inilah memang bedanya negara kita dengan negara maju, keselamatan jiwa manusia di sini sangat sangat diutamakan. Aturan-aturan dibuat sangat ketat dengan penerapan sanksi yang konsisten tanpa pandang bulu. Bahkan bila sengaja menghilangkan nyawa seekor Unggas/Burung pun kita akan dikenakan denda besar apalagi bila binatang Mamalia. Jangan tanya berapa nyawa melayang begitu mudah di negara kita karena peraturan lalu linta yang seringkali dilanggar… prihatin!

Sementara itu jarak antara kami sebagai penonton terdepan dengan kapal yang ditempati grup orkestra adalah sekitar 25 meter. Memang tidak terlalu dekat tapi lumayan lah kami masih bisa melihat personil orkestranya meskipun hanya bayang-bayangnya. Lho ini kan bukan nonton film tapi 'nonton' orkestra. Jadi sebenarnya tujuan kita bukan melihat pemusiknya ganteng/cantik atau tidak tapi tujuan kita yang utama adalah mendengarkan keindahan alunan suara yang lahir dari kombinasi berbagai alat musik yang diramu sedemikian rupa dengan dikoordinir oleh seorang dirigen/conductor.

Motivasi kami sebagai mahasiswa yang menonton orkestra ini rupanya masih sebatas untuk bergembira bisa berkumpul dan mengobrol bareng sebagai kompensasi kejenuhan kuliah, menyelesaikan 'assignment' dan menulis thesis yang kok tidak kelar-kelar juga. Motivasi seperti ini ternyata telah berdampak kurang menyenangkan buat orang lain. Karena terlalu hebohnya kami mengobrol, berfoto-foto bahkan mondar-mandir beli makanan/minuman, sampai-sampai seorang bule tua duduk di belakang kami terpaksa berdiri lalu menegur dengan mengatakan "Jangan berisik, kita sedang nonton orkestra jadi harus tenang biar musiknya dinikmati...". Wah wah... kami memang salah, terlalu asyik dan tidak menyadari bahwa pertunjukkan orchestra baru saja dimulai. Rupanya kami masih harus belajar sopan santun lagi di negeri orang...

Keunikan dari pertunjukkan ini yaitu penontonnya bukan hanya yang ada di atas dermaga, tapi ada penonton lain yang menyaksikan yaitu mereka yang ada di atas boat-boat atau sejenisnya yang terapung mengelilingi kapal besar tempat grup orkestra itu tampil. Sementara bagi penonton yang duduk jauh dari lokasi kapal pertunjukkan, mereka masih bisa menyaksikan suasana panggung dan pertunjukkan melalui layar lebar yang disediakan panitia di dekat stall makanan/minuman. Pada acara sejenis di Singapura yaitu "Songs Of The Sea" di Sentosa Island, pertunjukkan juga dilakukan di atas air di tepi pantai dan penontonnya menduduki tribun terbuka yang disediakan. Dan yang paling membedakannya dengan acara ini adalah di sana ada pertunjukkan sinar laser yang sangat menakjubkan dan kita harus membeli tiket agak mahal untuk bisa menyaksikannya, haha... dasar begitulah pikiran mahasiswa yang kantongnya tipis!

Group orkestra yang memainkan Symphony On The Sea ini adalah "Darwin Symphony Orchestra" (DSO), suatu kelompok orketra dari Charles Darwin University yang didirikan pada tahun 1989 oleh Professor Martin Jarvis. Personil orkestra ini terdiri dari dosen musik, mahasiswa/pelajar dan beberapa pemusik di Darwin. Sementara Artistic Director and Chief Conductor dari DSO adalah Matthew Wood yang berasal dari London, Inggris. Dua bulan lalu di Amphitheater Botanical Garden Darwin mereka tampil memukau penonton pada pertunjukkan yang bertajuk "Beatlesmania with DSO". Animo masyarakat yang begitu besar untuk menonton saat itu membuat panitia harus menutup pintu masuk sebelum pertunjukkan dimulai. Sebagian mereka baru bisa masuk saat break time menggantikan beberapa penonton yang pulang duluan.

Mungkin performa mereka yang ciamik itulah dan tentu yang sebelum-sebelumnya menjadi daya tarik penonton untuk menyaksikan atraksi mereka lagi kali ini. Selain itu, masyarakat Darwin memang sangat haus hiburan disaat Dry Season ini. Itu karena disaat Wet Season tiba pada bulan Oktober hingga Maret, mereka terpaksa harus banyak berdiam diri di rumah atau hanya bisa beraktivitas di ruang tertutup. Tidak ada acara pertunjukkan besar yang dilakukan kecuali mau beresiko berantakan diguyur hujan deras atau badai angin (Cyclone) yang bisa merubuhkan tenda-tenda stall, panggung acara atau membongkar atap bangunan/gedung acara. Kami pernah mengalaminya di awal tahun 2011, luar biasa...
 
Foto: Fildza Adilla
Semakin malam suasana acara semakin semarak dengan adanya cahaya yang berwarna-warni indah di tengah kegelapan langit. Kilauan cahaya indah itu terutama yang terpancar dari panggung yang menimpa air laut sehingga menciptakan kilauan jembatan cahaya yang menawan dari arah panggung menuju tempat kita di saat melihatnya. Cahaya lampu dari boat-boat penonton di atas air yang mengelilingi kapal besar tempat pertunjukkan juga semakin manambah kesemarakan suasana acara di malam ini. Suasana gemerlap seperti ini tentunya tidak bisa dirasakan bila kita hanya melihatnya dari televisi saja. Mungkin perbedaan suasananya sama saat kita menonton pertandingan sepakbola Timnas di SUGBK dengan kita hanya menontonnya di televisi di rumah atau “Nobar”.

Pertunjukkan orkestra selesai sekitar pukul 9 pm dan lalu acara ditutup dengan atraksi kembang api selama sekitar 5 menit. Kami pun berkemas pulang dan berkoordinasi sebentar mengenai siapa saja penumpang yang ikut di masing-masing mobil supaya pengantaran ke rumah mereka masing-masing jadi lebih lancar dan efisien. Setelah itu kami berjalan kaki menuju mobil yang lumayan jauh itu. Tapi semua itu tidak terasakan capeknya karena kami lakukan bersama-sama penonton yang lain juga. Mungkin sebab utamanya adalah karena suasana hati kami yang senang dan puas dengan pertunjukkan yang baru saja disaksikan, wallahu’alam…

Kami berharap bisa menyaksikan pertunjukkan Darwin Symphony Orchestra berikutnya pada bulan Oktober 2013 yang bertajuk "Symphony at Uluru". Uluru (bukit batu berbentuk bundar berwarna orange kemerahan) merupakan salah satu warisan dunia yang ada di tengah-tengah benua Australia tepatnya di wilayah Alice Spring. Orkestra yang dipertunjukkan di lokasi tersebut pastilah akan sangat unik, fantastic dan spektakuler. Tapi kami harus segera mengubur mimpi kami itu karena meskipun itu tiket masuknya gratis tapi transport menuju ke sana terhitung mahal buat kami sebagai mahasiswa.

Darwin, 8 September 2013

Thursday, 5 September 2013

Strategi Belajar di Australia: Jangan Takut Salah



Foto: www.radioaustralia.net.au
Di situs Study in Australia, situs online yang memberi informasi tentang pendidikan di Australia, disebutkan 10 alasan mengapa memilih melanjutkan studi di Australia. Salah satunya adalah sistem universitasnya yang berada di peringkat 8 di dunia, di depan Inggris,Jerman, Jepang, dan  Belanda.

Tidak hanya itu, Australia juga merupakan negara tujuan paling populer ketiga untuk mahasiswa internasional. Bagus Nugroho, Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) di Melbourne, sudah tinggal dan berkuliah di Australia selama 10 tahun, dan saat ini menduduki posisi sebagai mahasiswa program doktoral dalam bidang Mechanical Engineering di University of Melbourne.

Ditanya tentang sistem pendidikan di Australia, Bagus membandingan dirinya dengan teman-temannya di Indonesia pada tahun pertama kuliah. Dia mengatakan, di Indonesia banyak mata kuliah yang tidak umum  seperti PPKN, bahasa dan agama, yang tidak diajarkan di Australia. Bagus juga menambahkan bahwa di tugas kuliah di Australia menuntut mahasiswa untuk banyak bekerja sama dengan sesama mahasiswa lain, dan didorongnya unsur praktek dan kreativitas yang merupakan keuntungan, tapi juga bisa menjadi tantangan bagi yang tidak terbiasa.

“Banyak  adik-adik kelas saya, dan murid-murid saya yang gak berani ngomong. Takut salah jadinya ga berani ngomong ke tutornya”

Hal ini yang menurut Bagus menjadi satu PR  yang harus dipersiapkan pelajar Indonesia sebelum melanjutkan studi di Australia. Menurutnya, sifat sangat pemalu dan tidak berani bertanya dan berpendapat akan menjadi bumerang untuk mereka yang ingin studi di luar negeri.

“Jangan bawa kebiasaan dari Indonesia...harus lebih aktif..berani memberikan opini. Salah gak masalah. Kekurangan kita itu takut salah. Gak mau ngomong karena takut salah, padahal meskipun kalau salah tutornya gak masalah sama sekali”

Sedangkan Steven, mahasiswa Indonesia yang sudah pernah tinggal dan bekerja di Singapura dan kini telah mengalami satu tahun kuliah di Australia, mengatakan budaya pendidikan di Australia memiliki suasana informal.

“Saya merasa Singapura dari segi pendidikan bagus, tapi ada perbedaan di mana di Singapura itu lebih ke top-down..di Australia, lebih interaktif antara dosen dan mahasiswanya.”

“Dari segi hubungan dengan dosen, kita bisa langsung kapan saja datang mengetuk ke ruangan dosen untuk berkonsultasi. Mereka tidak terlalu formal, kita tidak perlu menggunakan embel-embel titel,” katanya.

Untuk mendapat informasi mengenai kuliah di Australia, pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studi di Australia, bisa mengunjungi situs http://www.studyinaustralia.gov.au/

Sumber:  www.radioaustralia.net.au (21 Juni 2013)

Gaji Pekerja Perempuan Lebih Murah Dibandingkan Laki-Laki di Australia

Foto: www.radioaustralia.net.au
Hasil Survery Lingkungan Kerja terbaru menunjukan jurang perbedaan gaji antara karyawan laki-laki dan perempuan di Australia terus membesar bahkan lebih tajam dibandingkan 20 tahun lalu.
Studi yang dilakukan oleh Badan Kesetaraan Gender di Lingkungan Kerja  (WGEA) menemukan total selisih gaji yang diperoleh karyawan laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan penuh waktu setiap minggunya mencapai AUS$266.

Dr. Carla Harris dari WGEA mengatakan selisih pendapatan ini lebih besar dari figur yang terjadi 20 tahun lalu dan menunjukan kecenderungan terus meningkat.

"Faktanya selisih itu terus meningkat sejak tahun 2004, dari hanya 15% pada tahun 2004,  kini selisihnya mencapai 17,5 % pada tahun lalu,” ujar Carla merinci hasil survey lembaganya.

Dengan posisi ini, rata-rata perempuan yang bekerja penuh waktu mendapat upah 82 sen, sedangkan pada posisi sama laki-laki mendapat upah 1 dolar. Kalkulasi WGEA juga menggambarkan rata-rata perempuan harus bekerja 64 hari lebih banyak dalam setahun dibandingkan pekerja laki-laki untuk mendapat penghasilan yang sama.

Selama 1 tahun atau 12 bulan, total selisih pendapatan pekerja perempuan dibandingkan laki-laki  hampir mencapai $14.000 selama karir kerja, atau sekitar $1juta berdasarkan perhitungan serikat pekerja.

Perbedaan dialami pekerja wanita di semua level pendidikan

Riset yang dilakukan tahun lalu ini juga menunjukan jurang perbedaan pendapatan di kalangan pekerja perempuan lulusan universitas pada tahun lalu bahkan mencapai dua kali lipat  dengan rentang selisih dari $2000 hingga $5000.

Ketua Dewan Usaha Kecil Amanda Lynch mengatakan figur ini menunjukan perempuan lebih sulit memperoleh pekerjaan bagi lulusan universitas. Terutama di bidang pekerjaan yang biasa didominasi laki-laki, sehingga mereka biasanya terpaksa menerima saja upah yang ditawarkan kepada mereka.
"Ini cukup menarik, karena ketika Anda berbicara dengan para pengusaha, mereka sering tidak menganggap itu sebagai masalah,” kata Lynch.

"Mereka bilang mereka tidak membeda-bedakan karyawan, dan tidak bias gender. Tapi statistik terus menunjukan cerita berbeda. Jadi kita percaya kalau ada jurang perbedaan upah antar gender yang tidak disadari oleh pengusaha,” jelasnya.

Diperlukan aturan baru
Mulai tahun depan, pelaku bisnis yang memiliki karyawan 100 orang lebih harus melaporkan tingkat upah  yang mereka bayarkan berdasarkan jenis kelamin karyawan dan strategi apa yang akan diterapkan untuk mengatasi jurang pendapatan karyawan perempuan dan laki-laki di perusahaan mereka.
Dr. Carla Harris mengatakan persyaratan baru ini akan bisa mengatasi kondisi ini.

“Kebanyakan para pengusaha bersikap tertutup soal siapa yang membayar apa dan siapa melakukan apa serta bagaimana bias tertentu terjadi di bagian SDM dalam praktek perekrutan pekerjaan,” tuturnya.
"Dengan mewajibkan organisasi  dan pelaku usaha melaporkan informasi tersebut dapat mendorong akuntabilitas. Dan saya pikir itu upaya itu akan sesuai dengan perubahan kesetaraan upah gender yang sedang diupayakan ini.”

Dr. Harris  mengatakan kebijakan baru ini akan ditaati oleh pelaku usaha.
"Para pekerja akan segera menerapkan aturan ini jika pengusaha memerintahkan bawahannya untuk menerapkan sistem ini,“ tuturnya.

"Saya kira sistem ini akan membantu mereka yang tidak secara khusus tertarik melakukan apapun, mengingat karyawan mereka tidak akan keberatan.”

Persyaratan pelaporan upah ini akan diberlakukan kepada semua pelaku usaha-non pemerintah dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih.

Sumber:  www.radioaustralia.net.au (3 September 2013

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More