Potential Assessment and Assessment Center

http://www.adilkurnia.com is the website for human resource development

Human Resource Management Consultancy

http://www.adilkurnia.com is the website for human resource development

Job Analysis, Workload Analysis and Job Design

http://www.adilkurnia.com is the website for human resource development

Recruitment, Manpower Supply and Outsourcing

http://www.adilkurnia.com/ is the website for human resource development

Training and Development

http://www.adilkurnia.com is the website for human resource development

Friday, 30 August 2013

Kisah Tenzing Norgay, Sherpa Yang Amanah

Foto: http://www.everestsherpa.com
Tenzing Norgay seorang penduduk asli Nepal yang bertugas sebagai Pemandu (Sherpa) bagi para pendaki gunung yang berniat untuk mendaki Mount Everest. Tenzing Norgay menjadi Pemandu bagi Edmund Hillary. Tepatnya pada tanggal 29 Mei 1953 jam 11.30, Tenzing Norgay bersama Edmund Hillary menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di Dunia Mount Everest pada ketinggian 29.028 kaki diatas permukaan laut, yang kemudian menjadi inspirasi dan penyemangat bagi ratusan pendaki berikutnya untuk mengikuti prestasi mereka. Dalam rentang waktu tahun 1920 sampai dengan 1952, tujuh tim ekspedisi yang berusaha menaklukkan Mount Everest mengalami kegagalan.

Keberhasilan Edmund Hillary tersebut menjadi sangat fenomenal mengingat saat itu baru berakhirnya Perang Dunia II dan hal itu menjadi semacam inspirator untuk mengembalikan kepercayaan diri bagi seluruh bangsa di dunia. Karena keberhasilannya, Edmund Hillary mendapatkan gelar kebangsawanan menjadi Sir Edmund Hillary dari Ratu Inggris Elizabeth II yang baru saja dilantik dan kemudian ia menjadi orang yang paling dikenal di seluruh dunia saat itu.

Tetapi dibalik keberhasilan itu, Tenzing Norgay sebenarnya memiliki peran yang sangat besar. Namun mengapa ia tidak menjadi terkenal dan mendapatkan semua yang didapatkan oleh Edmund Hillary padahal ia adalah sang pemandu yang membantu dan mengantarkannya mencapai Puncak Mount Everest? Seharusnya bisa saja dialah yang menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Mount Everest bukannya Edmund Hillary.

Sesaat setelah Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya:

Reporter: Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?

Tenzing Norgay: Sangat senang sekali

Reporter: Anda kan seorang Sherpa (Pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?

Tenzing Norgay: Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia….

Reporter: Mengapa Anda lakukan itu???

Tenzing Norgay: Karena itulah 'impian' Edmund Hillary, bukan 'impian' saya….. 'Impian' saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih 'impian'nya.

Luar biasa Tenzing Norgay Sang Sherpa ini... ia sungguh AMANAH dan tidak menjadi serakah ataupun iri dengan keberhasilan, nama besar dan semua penghargaan yang diperoleh Edmund Hillary. Ia sudah cukup bangga dapat mencapai 'impian'nya sendiri yaitu membantu orang lain mencapai dan mewujudkan 'impian'nya.

Referensi: Berbagai sumber

Wednesday, 28 August 2013

Puisi Anak - Khalil Gibran



Dan seorang perempuan yang menggendong bayi dalam dekapan berkata,
Bicaralah pada kami perihal Anak.
Dan dia berkata:

 

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu


Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri


Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok
Yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi


Engkau bisa menjadi seperti mereka
Tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu


Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup
Diluncurkan oleh Sang Pemanah yang telah membidik ke arah keabadian,
Dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya
Sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh


Jadikanlah tarikan tangan Sang Pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang
Maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.


(Puisi Khalil Gibran)


Aku teringat pesan yang dibawa puisi terkenal ini saat aku merasa kecewa dan sedih ketika menghadapi anak-anak tercintaku, dimana yang laki-laki mulai memasuki masa remaja (puber) dan yang perempuan memasuki masa dewasa. Terlebih saat ini mereka hidup di negara dengan sistem nilai dan pendidikan barat, dimana kebebasan berbicara, bersikap dan bertindak betul-betul diajarkan di bangku sekolah serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat termasuk di rumah. Hal ini tentunya berbenturan dengan sistem nilai timur khususnya Indonesia yang telah melekat pada diri kita sebagai orangtua.

Hal ini dapat terjadi karena adanya ketentuan (bahkan undang-undang) yang menyatakan bahwa anak yang telah berusia 18 tahun telah memiliki hak sendiri yang dilindungi oleh negara. Intinya apabila orangtua memaksakan keinginannya kepada mereka dan apabila anak merasa keberatan atau tidak setuju/menerima maka mereka dapat mengadukan/melaporkan orangtuanya tersebut kepada polisi untuk dikenakan sanksi aturan tersebut. Tidak menjadi alasan bahwa keinginan orangtua itu adalah sesuai dengan adat-istiadat kita di Indonesia atau sesuai ajaran agama Islam yang dianut, orangtua tetap tidak punya hak untuk mengatur anak-anak mereka.

Sungguh menurutku kebebasan yang seperti ini sudah berlebihan dan kelewat batas. Pendekatan pribadi kepada anak tampaknya menjadi hal penting dilakukan agar anak mau dan dapat mengerti adat-istiadat negara asalnya yang memiliki makna dan filosofi yang luhur didalamnya. Begitu pula anak diharapkan mengerti dan mau menjalankan ibadah agamanya agar mendapat ridho Allah SWT di akhirat (kehidupan setelah kematian).
Situasi kehidupan masyarakat yang seolah tak ber-Tuhan dan sangat langkanya keberadaan sebuah mesjid dan sekolah/pendidikan agama Islam di kota ini menjadi kendala besar bagi para orangtua untuk membuat anak mereka mencintai adat-istiadat (budaya) negara asalnya dan agamanya yang semuanya mengajarkan pentingnya kepatuhan/ketaatan atau berbakti kepada orangtua.

Pesan dari puisi ini mengajarkan bahwa diantara kepatuhan anak kepada orangtua dan kebebasan yang dimiliki oleh anak terdapat peran penting yang harus dijalankan oleh orangtua yaitu sebagai “busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup, yang diluncurkan oleh Sang Pemanah (Allah) yang telah membidik ke arah keabadian,”

Tanah Larrakia
29 Agustus 2013

Masalah Hidup Bagaikan Segenggam Garam

 
Seorang Guru bijak mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, Nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Kemana perginya wajah bersyukurmu?" Sang Guru bertanya.

”Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. ”Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam lalu bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu”.

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

”Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu", kata Sang Guru. ”Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

”Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.

”Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

”Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.

”Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau”, kata Sang Guru.

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

”Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya.

Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

"Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” tanya Sang Guru lagi.

“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’ (hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”

Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita semua dan menjadikan hati kita semua menjadi seluas danau, aamiin...

Wednesday, 14 August 2013

Muslim Community Based Organisation in Darwin


History of Muslims living in Darwin goes back many years. Indonesian Muslim (Macassans) used to sail to North Eastern Coast of Northern Territory with their boat “Praus” since 1500 AC. Trade between Aboriginal people and the Macassans continued until it was stopped by the South Australia Government in 1906. What also significant was the number of Malay Muslims working as migrant workers in the Pearl Industry of Northern Australia. A famous anti white Australia policy Movement “Stay put Malay” involved three Malay Muslim Pearl workers. Though the Muslim connection was not new to Darwin but any history on the Muslim community based organisation in Darwin goes back to 1971.

During the 1971’s the following Muslims used to live in Darwin, some with families and some were single. They used to meet with each other for socialising as well as religious purposes. Among them, Mr. Nasser was living in Australia for a long time. He was a diver in Brome and married to a local Christian lady. After retirement, Mr. Nasser settled in Darwin. Although he was a Muslim, his children did not follow Islam as their religion and started living as Australian Christian.

1.    Shamees Deen Rane (Australian)
2.    Dr. Ayub Khan (Pakistani)
3.    Amal Uddin Siregar (Indonesian)
4.    Dr. Masood Ahmad (Indian)
5.    Abu bin Nasser (Indonesian)
6.    Abdul Qayum (Pakistani)
7.    Fazal Muhammad (Pakistani)
8.    Nasrullah Khan (Pakistani)
9.    Armien Kurim (Indian)
10. Besim Naga (Albanian)
11. Mithat Cervoj (Albanian)
12. Dr. Ansari (Pakistani)
13. Mr. Shah (Pakistani)
14. Ali bin Pawero (Malaysian)
15. Ali Adam (Indonesian)
16. Salim Boda (Indonesian)
17. Mah Nu Mokak (Malaysian)
18. Samuel Hossain (Indonesian)
19. Maha Buyong (Malaysian)
20. Amina Binte Latif (Malaysian)
List of Pioneer Muslims of Darwin in 1971 and their Ethnic Background

Mr. Shah, another Muslim of Darwin at that time was also married to an Australian Christian woman and his children also left the fold of Islam and became Christian. Seeing the conditions of these two families, other Muslim families living in Darwin at that time became worried about the future of their own children. They seriously thought that unless they do something as soon as possible, the Muslim identity will be lost very quickly.

It is through this urgent need and urge to have some kind of a Muslim environment and atmosphere the Muslims of Darwin thought about forming a Muslim Group that they called the “Muslims living in Darwin”. That group was working like a steering committee at that time to discuss about forming  a Muslim society for their mutual benefit and for the future generation and to organise / perform religious activities like Eid and other festivals. After that Muslims living in Darwin during 1971 decided to form an Islamic Society. In September 1971 they officially formed the “Islamic Society of the Northern Territory (ISNT)”. Mr. Armien Kurim became the first President of ISNT. After a few months Mr. Armien Kurim left Darwin, and Dr. Ayub Khan, a medical doctor at the old Darwin Hospital of Myles Point became the President of the ISNT. With the formation of ISNT, the Muslims of Darwin started collecting funds from it members for building a future mosque. Mr. Nasser very generously promised one thousand dollars donation for the mosque.

In 1972, brother Fazal Muhammad brought his wife and three children from Pakistan. Mr. Shah passed away around March/April 1972. Mr. Shah’s wife wanted to bury him like a Christian but the local Muslims opposed that and wanted to bury him as a Muslim. At last Mrs. Shah and his children agreed to have Janaza Prayer and some other Islamic rituals but he was buried with the coffin in the usual Christian method in McMillan Road Cemetery.
In July 1972, Mr. Muhammad Nurul Haq migrated to Darwin with his wife and three children. Within a month he came to know everybody within the Muslim community and became an active member of the ISNT. During 1972, Muslims used to get together in one of the Muslim brother’s house to celebrate religious festivals. The Eid prayer was held at Nightcliff Community Centre in Aralia Street. Member of the Muslim community then started talking about building a Mosque in Darwin, or buying a house for their get-together and prayers. They planned to collect money for that purpose.

The Islamic Society of the Northern Territory was registered as an incorporated body by the Registerer of Companies, Darwin on 25th September 1972 (A221).

During 1973 and 1974, more Muslim families came to Darwin. They were Yusuf Rane, Hayat Qureshi, Umit Turan, Rasheda Wright, Ghazzali Awang, Fareeda, Ali Al Habsji, Ali Djawas, Ridwan Shyamsuri, Agus Sudjoko, Yusef Asar, Anwar Lamaya, Qumaruddin Adjreen.

In the mean time, Dr. Ayub Khan left Darwin to NSW and Mr. Shamees Deen Rane became the President of the Islamic Society of the NT. ISNT received an invitation from the Australian Federation of Islamic Councils 9AFIC) to send a representative to AFIC’s Annual General Meeting and Congress in Melbourne.

Mr. Mohammad Nurul Huq, Secretary of the ISNT, was nominated to attend the meeting in Melbourne during Easter break in April, 1974. Mr. Huq accepted the offer and attended  the meeting in Melbourne at 30 Crommer St. Preston, Victoria. It was a house purchased for the use of the Islamic Society of Victoria for prayers and get-togethers. This is the same site of the present Preston Mosque. At that time, there were no Mosque in Melbourne. A discussion with interstate Muslims and getting to know each other was a great experience for Mr. Huq. It was also useful sharing views, ideas and experiences. In that meeting, Dr. Abdul Khaleque Kazi was elected as President of AFIC for the second term. It was an opportunity for Mr. Huq to explore the possibility of financial and other kinds of support that AFIC may be able to offer for the Darwin Mosque. He made a formal request to AFIC for financial support. AFIC at that time could not make any financial commitment, but they, including all Islamic Societies in Australia, had their full moral support for the ISNT. It was a successful and productive meeting.

Mr. Nurul Huq returned to Darwin and with the ISNT committee applied to the Commonwealth Government for a block of land at Darwin for the construction of a Mosque and Islamic Centre building. At that time Northern Territory was under the administration of the Department of Northern Territory of the Commonwealth of Australia.

During the year 1974, to generate funds for a Mosque, the following Muslims agrees to donate $500 each. They were Shamees Deen Rane, Mohammad Nurul Huq, Hayat Qureshi, Amaluddin Siregar, Mithaj Cervoj, Besim Naga, Masud Ahmad, Fazal Mohammed and Abdul Qayum Khan. By the middle of 1974, ISNT generated a fund of about $6000.

As the approval of application for available land in Darwin was a slow and long process, ISNT tried to buy a house for weekly gatherings and prayers. By September/October 1974, a suitable three-bedroom Housing Commission house was located in Jingli / Alawa area at a price of $13000. ISNT had only about $6000 and remaining and the remaining of $7000 plus registration costs were to be borrowed from the Commonwealth Bank. Mr. Huq, Mr. Qureshi and Mr. Siregar agreed to be the guarantors of the loan money. A solicitor was engaged to organise the purchase of the house and as per request from the solicitor a deposit of $6000 was made for the purchase.



Source: Book of A Brief History of The Islamic Society of Darwin (ISD), 2009.

Cerita Pohon Pakis dan Pohon Bambu



Ada seorang pengusaha yang sedang putus asa karena usahanya bangkrut dan hendak bunuh diri. Namun sebelum melakukan niatnya, ia pergi ke hutan untuk melakukan meditasi. Dalam meditasinya, terjadilah komunikasi antara 'ruh'nya dengan TUHAN.

Pengusaha : “Ya TUHAN apakah Engkau bisa memberikan alasan untukku untuk dapat terus hidup dan tidak menyerah?”

TUHAN : “Lihatlah sekitarmu, Apakah kamu melihat pohon Pakis dan pohon Bambu?” 

Pengusaha : “Ya aku melihatnya”

TUHAN : “Saat menanam pohon Pakis dan pohon Bambu, telah kurawat keduanya dengan baik. Kuberikan cahaya dan air yang cukup sesuai kebutuhannya. Ternyata pohon Pakis tumbuh lebih cepat, daunnya hijau hingga menutupi permukaan tanah. Sementara pohon Bambu tidak menghasilkan apapun, tapi Aku tidak menyerah.

Tahun kedua, ketiga dan keempat, saat Si pohon Pakis tumbuh semakin subur dan banyak, tetapi belum ada juga sesuatu yang muncul dari pohon Bambu. Namun Aku pun tidak menyerah.

Baru di tahun kelima, munculah 'TUNAS' kecil pada pohon Bambu. Dibanding pohon Pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.

Tetapi 6 bulan kemudian, apa yang terjadi ternyata sungguh luar biasa. Si pohon Bambu itu telah tumbuh begitu menjulang tinggi hingga mencapai 100 kaki.

Ternyata untuk menumbuhkan akar pohon Bambu membutuhkan waktu hingga 5 tahun. Namun akar inilah yang kelak kemudian akan membuat pohon Bambu menjadi KUAT dan memberi apa yang diperlukan untuk mampu bertahan HIDUP.

HambaKu, Aku tidak akan memberikan COBAAN diluar batas kemampuanmu. Tahukah kamu kekasih kecil-Ku, disaat kamu menghadapi kesulitan dan perjuangan berat ini, sebenarnya itulah PROSES untuk menumbuhkan AKAR!

Jadi Aku tidak meninggalkan sang pohon Bambu dan Aku tentunya juga tidak akan meninggalkanmu”

Pengusaha : Tanpa sepatah kata pun terucap dari mulutnya, namun hanya berlinangan air mata“

TUHAN : "Janganlah bandingkan dirimu dengan orang lain. Si pohon Bambu mempunyai tujuan yang berbeda dengan pohon Pakis, tetapi keduanya akan membuat hutan menjadi INDAH dan BERWARNA”

Pengusaha : Semakin terisak

TUHAN : “Waktumu PASTI akan datang, kamu akan menanjak dan menjulang tinggi. Bersabarlah dan jangan pernah MENYERAH”

Wahai Sahabatku...
Kadang apa yang di-Rencana-kan tak SEMULUS Harapan, apa yang di-Cita-kan tak sejalan dengan Cinta dan Kenyataan.

Tapi percayalah, Rencana-NYA sungguh INDAH. Karena sesungguhnya Kita hanya memainkan Lakon yang sudah di-BUAT-NYA. Jadilah AKTOR yang Baik, niscaya semua akan INDAH pada waktunya.

Aamiin أميــــن يــارب العـالــمين

Talent Management and Career System


PENGANTAR

Banyak perusahaan mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan strategi perusahaan untuk menarik,mempertahankan dan mengembangkan orang terbaik yang ada di perusahaannya. Hal krusial tersebut disebabkan banyak perusahaan belum menerapkan program untuk memetakan potensi-potensi yang dimiliki oleh karyawannya. Akibatnya pengembangan talenta yang dimiliki organisasi belum terarah sehingga tidak berjalan secara optimal. Malahan, mereka yang “merasa” memiliki talenta lalu pergi, dan pindah ke perusahaan lain karena merasa kurang dikembangkan.


Agar pengembangan karyawan di perusahaan Anda berjalan secara efektif, maka hal pertama yang anda butuhkan adalah kompetensi untuk memetakan orang-orang di dalam perusahaan. Anda perlu tahu siapa saja karyawan yang dapat digolongkan sebagai Star, Potential People, Career Person, Problem Person dan Dead Wood. Bila anda mampu memetakan potensi-potensi di perusahaan Anda, niscaya program pengembangan karyawan yang anda lakukan akan berjalan secara efektif dan tepat sesuai sasaran.

Dalam pelatihan ini kita agar belajar bagaimana menyusun Talent Management System di sebuah organisasi dan menyusun pola kaderisasi kepemimpinan di organisasi agar kesinambungan kader di organisasi terjalin dengan pola sistem yang tepat. Pelatihan ini mengetengahkan pembelajaran dengan simulasi dan kasus dari praktek yang dihadapi dalam pekerjaan sehari-hari. Peserta sebaiknya membawa laptop untuk praktek dan simulasi yang disajikan dalam pelatihan ini.


POKOK BAHASAN

A. Talent Management
  1. Konsep Talent Management
  2. Mendefinisikan Talenta yang Dibutuhkan Organisasi
  3. Melakukan Talent Assessment
  4. Talent Mapping: Performance vs Talent
  5. Menyusun Talent Pool : Matriks 2x2, 3x3, 4x4 dan 5x5
  6. Menyusun Development Program
    • Individual Development Program
    • Metode dalam Development Program
    • Menyusun Annual Training Master Plan (ATMP)
    • Menyusun Annual Development Master Plan (ADMP)
  7. Benchmark: Talent Management di BUMN dan Swasta Nasional
     
B. Career System & Succession Planning

  1. Konsep Career System & Succesion Planning
  2. Menyusun Career System
  3. Menyusun Career Path & Top Stop
  4. Teknik & Metode untuk Evaluasi Promosi, Mutasi & Demosi
  5. Menyusun Individual Career Planning
  6. Menyusun Reaplacement Table Chart (Peta Kaderisasi di Organisasi)
  7. Simulasi & Kasus: pembuatan ICP & RTC untuk masing-masing peserta


Sumber: Value Consult

Communication and Assertive Skills


PENGANTAR

Dunia bisnis semakin lama semakin berkembang kearah globalisasi dan kearah yang lebih kompleks. Semakin terbukanya dunia usaha terhadap dunia luar, semakin tinggi tuntutan untuk memenangkan hubungan interpersonal dengan orang-orang yang ada disekitar kita. Kita dituntut untuk selalu sukses terutama ketika berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.

Kualitas komunikasi diyakini menjadi suatu target yang harus dicapai oleh setiap individu demi mencapai kinerja maksimal di lingkungan pekerjaan. Seringkali orang menyikapi komunikasi dengan pendekatan yang destruktif, misalnya bersifat menyerang atau menekan rekan kerjanya (partner) ataupun sebaliknya pendekatan yang dilakukan adalah dengan bersifat pasif, diam, tidak mampu mengutarakan ide, pendapat atau mungkin perasaannya (NON ASSERTIVE); ini sama buruknya dengan pendekatan AGGRESSIVE. Oleh karena itu, pendekatan interaktif yang konstruktif dan dinamis yang disebut dengan nama ASSERTIVE lah yang sangat kita butuhkan dalam situasi ini.


POKOK BAHASAN

  • Mengenal karakteristik perilaku kepribadian
  • Pola Sosial ( Social Style) dan elemen elemen pola perilaku
  • Komponen menjadikan perilaku yang asertif
  • Ketrampilan ketrampilan interpersonal
  • Komunikasi yang proaktif
  • Berempati dalam komunikasi
  • Broken Record
  • Fooging -  ketrampilan menerima dan menghadapi kritik secara tenang
  • Memberi kritik dan teguran
  • Memberi pujian
  • Menyatakan ketidak sepakatan pada orang lain
  • Menyampaikan kabar buruk (bad news)


Sumber: MST

Kata-Kata Yang Ketus dan Rendah Hati



Kadang sepatah KATA YANG KETUS dapat membuat kita : 

 Sakit hati sampai bertahun-tahun Sikap ceria dan kegembiraan selama ini tersapu habis oleh sepatah kata itu.


Kalau orang bertanya mengapa?Maka Anda akan menjawab: “kata-kata itu sungguh amat menyakitkan..”


Benarkah kata-kata itu yang telah begitu menyakitkan?Ataukah Anda yang terlalu lemah?    

Bukan keduanya...
▸ Anda tidak lemah, dan ▸ Kata kata ketus itu pun tidak ada apa-apanya.


Permasalahannya adalah:           HATI ANDA YANG TERLALU TINGGI


TINGGI HATI membuat : ♈̷̴ Harga diri, ♈̷̴ Gengsi, ♈̷̴ Keinginan dihormati,     Semuanya ikut menjadi tinggi.


Tinggi hati telah membuat Anda merasa diri Anda menjadi:  Terhormat,   Mulia dan   Sempurna.


Sikap inilah yang membuat Anda gampang menjadi:  Tersinggung,   Mudah sakit hati dan   Berprasangka buruk.


TINGGI HATI akan membuat Anda:   Rapuh dan   Memiliki jiwa yang lemah.


Jika Anda mau jadi kuat, maka:Belajarlah menjadi RENDAH HATI setiap saat, maka kata-kata ketus di atas menjadi tidak akan berarti apa pun bagi Anda.


Kerendahan hati membuat Anda: ◀  Tenang, ◀  Hening namun ◀  Tegar bagai samudera yang mengambil tempat paling rendah.


Rendah hati membuat Anda BEBAS LELUASA 
Rendah hati adalah SUMBER KEKUATAN dan SUKA CITA...



Sumber: Anonim (PB)

Friday, 9 August 2013

Asal Usul ketupat


Ketupat menjadi salah satu menu makanan yang selalu ada setiap kali kita berlebaran Idul Fitri. Ketupat atau kupat kependekkan dari "ngaku lepat" (mengaku salah), yang disimbolkan dengan anyaman janur kuning yang berisi beras lalu dimasak. Ketupat memiliki bentuk yang sangat khas. Berdasarkan definisi ilmiahnya ketupat yang berbentuk belah ketupat ialah sebuah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk sama panjang dan memiliki dua pasang sudut bukan siku-siku yang masing-masing sama besar dengan sudut di hadapannya. Belah ketupat dapat dibangun dari dua buah segitiga sama kaki identik yang simetris pada alas-alasnya.

Tradisi membuat dan menghidangkan ketupat saat Idul Fitri, diperkirakan tradisi itu telah ada sejak masuknya Islam ke Pulau Jawa, yakni sejak tahun 1400-an. Seperti diketahui penyebaran Islam di Pulau Jawa tidak bisa dilepaskan dari peran Wali Songo. Para Wali tersebut menggambarkan ketupat yang berasal dari kata kupatan dalam bahasa Jawa sebagai simbol seseorang sudah memasuki Islam secara sempurna. Kesempurnaan itu terindikasi dari beberapa hal, yakni sudah melaksanakan puasa Ramadhan, melaksanakan Zakat, dan saling meminta maaf dengan sesama. Kata "kupatan" yang merupakan penggalan dari suku kata "ku" berarti mengakui dan "pat" berarti lepat atau kesalahan diartikan pula sebagai "mengakui kesalahan". Jadi, ketupat dipandang pula sebagai simbol seseorang mengakui kesalahan-kesalahannya.

Meski umumnya ketupat dijadikan hidangan khas Lebaran di masyarakat Jawa, bukan berarti masyarakat di daerah-daerah lainnya di Indonesia tidak melakukannya. Masyarakat Sumatra dan Kalimantan juga terbiasa menghidangkan ketupat sebagai menu wajib saat Idul Fitri. Namun, khusus di masyarakat Jawa, biasanya diadakan tradisi Lebaran Ketupat. Adapun waktu pelaksanaan Lebaran Ketupat adalah 8 Syawal atau satu pekan setelah Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawal. Sebelum merayakan Lebaran Ketupat, masyarakat umumnya melaksanakan ibadah puasa Syawal selama enam hari.

Dalam sejarahnya, Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang wali penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Sang Wali membudayakan sebuah tradisi, yaitu setelah Lebaran, masyarakat setempat menganyam ketupat dengan daun kelapa muda lalu disii beras. Setelah selesai dimasak, ketupat diantarkan kepada anggota keluarga atau kerabat yang dituakan. Sejak itulah, ketupat menjadi lambang kebersamaan. Selain lambang kebersamaan, ketupat juga memiliki beberapa filosofi tersendiri. Anyaman-anyaman pada kulit ketupat mencerminkan betapa banyaknya kesalahan manusia. Kemudian, ketika ketupat dibelah dua, akan terlihat isinya yang berwarna putih yang menggambarkan kebersihan dan kesucian hati manusia, setelah menahan nafsu dengan berpuasa dan memohon maaf atas segala kesalahan.

Selain itu, ternyata ketupat punya filosofi tersendiri yaitu anyaman-anyaman pada kulit ketupat itu mencerminkan betapa banyaknya kesalahan manusia. Setelah dibelah dua, terlihatlah isi ketupat yang berwarna putih, hal ini menggambarkan kebersihan dan kesucian hati manusia, setelah menahan nafsu dengan berpuasa selama sebulan dan memohon ampun atas segala kesalahan. Sementara itu, bentuk ketupat yang sempurna itu melambangkan kemenangan umat Muslim yang akhirnya mencapai hari yang Fitri.

Jadi, ternyata betapa besarnya peran para Wali untuk memperkenalkan agama islam dengan tetap menghomati budaya setempat dalam mensyiarkan agama baru yaitu Islam. Salah satu contoh yang nyata adalah cerita tentang pandawa lima, beliau mengumpamakan pandawa lima itu sebagai rukun Islam (ada lima) sehingga agama Islam dengan mudah diteima oleh masyarakat pada masa itu.
Kini ketupat sebagai warisan dari Sunan Kalijaga ini masih tetap dipertahankan bahkan sudah bukan milik masyarakat Jawa, Sumatra dan Kalimantan saja tetapi sudah menjadi makanan masyarakat Asia Tenggara. Hal ini dapat dilihat di negara-negara Malaysia, Singapura dan Brunei dapat dijumpai makanan ketupat ini, hal ini terjadi akibat banyaknya orang-orang Jawa yang bermukim di negara-negara tersebut.
Lebaran ketupat merupakan tradisi masyarakat sebagai ungkapan syukur setelah melaksanakan ibadah puasa. Namun, tujuan dari tradisi makan ketupat bersama keluarga maupun tetangga setelah salat sunah Id diharapkan menjadi momen untuk saling mengakui kesalahan.
Selain dari makna mengakui kesalahan, makna tersembunyi dari ketupat yaitu dilihat dari bentuknya yang segi empat yang ternyata merupakan wujud dari prinsip “kiblat papat lima pancer” yang berarti empat arah mata angin dan satu pusat. Prinsip tersebut kalau diotak-atik maknanya berarti empat arah mata angin utama, yaitu:timur, selatan, barat, dan utara yang bertumpu di satu pusat. Bila salah satu arah mata angin itu hilang, maka keseimbangan alam goyah.Terjemahan bebas filosofi tersebut bisa dikaitkan dengan arah jalan hidup manusia. Kemana pun arah yang ingin ditempuh manusia hendaknya tidak akan lepas dari pusatnya, yaitu Allah Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, agar tidak goyah maka manusia harus tetap ingat kepada Sang Khalik sebagai pusat dari segalanya. Ada pula yang mengartikan prinsip “kiblat papat lima pancer” bahwa kemana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah.
Ketupat bukan sekadar makanan yang disajikan untuk menjamu para tamu pada Hari Raya Idul Fitri maupun merayakan genapnya enam hari berpuasa sunah Syawal. Sebagian masyarakat Jawa memaknai rumitnya membuat anyaman ketupat dari janur sebagai bungkus beras, mencerminkan kesalahan manusia. Warna putih ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan. Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran.
Penggunaan janur sebagai kemasan pun memiliki makna tersembunyi.Janur dalam bahasa Arab yang berasal dari kata “jaa a al-nur” bermakna telah datang cahaya. Sedangkan masyarakat Jawa mengartikan janur dengan “sejatine nur” (cahaya). Dalam arti lebih luas berarti keadaan suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan Ramadan.
Selain itu, tradisi makan ketupat lebaran yang masih langgeng sampai saat ini adalah penggunaan sayur opor sebagai pasangannya. Sayur opor pun memiliki makna filosofi , jika dilihat dari asal-usul bahan dasarnya yang menggunakan santan kelapa. Bahasa Jawa dari santan ialah “santen” yang memunyai makna “pangapunten” atau memohon maaf.


Sumber:
http://www.kisahislami.com
http://www.koran-jakarta.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More