Sunday, 30 December 2012

Ketinggalan Koper Di Bandara




Berbeda dengan ketika masih berada di Bandara Darwin, setibanya aku di Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali, aku merasa sudah lebih percaya diri. Begitu diberikan Form Pemberitahuan Keberangkatan/Kedatangan oleh petugas Imigrasi, aku merasa tidak perlu lagi mengisinya tapi cukup dengan mengambil form yang sudah diisi ketika berangkat ke Darwin yang memang sengaja aku simpan.

Aku sempat bertanya sebentar kepada petugas loket “visa on arrival” yang ternyata tak perlu membayar lagi bagi pemegang passport Indonesia. Kemudian aku mengantri untuk menjalani pemeriksaan passport dan pemberian stempel Imigrasi Bandara Ngurah Rai. Dengan rasa percaya diri yang masih kuat, aku sampai pada tempat pemeriksaan “x-ray” yang juga aku lalui dengan sikap santai karena hal ini sudah biasa aku lakukan karena profesiku yang menuntut aku sering bepergian ke hampir seluruh propinsi di Indonesia, dan terutama karena petugasnya berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang berbeda kalau kita bepergian ke luar negeri yang tidak menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu.

Ketika tiba tiba di pintu keluar, aku pun dengan mudah dan enteng menepis tawaran-tawaran para supir taksi resmi maupun gelap untuk langsung menuju keluar dari pintu kedatangan segera mencari ATM dan musholla untuk melaksanakan sholat Subuh yang waktunya hamper kelewatan. Di ATM BCA yang ada di terminal keberangkatan, aku pun segera membayar tagihan Telkomsel handphoneku dan isteriku dan tentunya mengecek saldonya. Bahkan akupun sempat menanyakan dimana lokasi musholla kepada orang yang kebetulan ada di situ, cleaning service dan bahkan satpam bandara.

Ketika sedang menuju lokasi musholla yang ditunjukkan oleh mereka yaitu di Kantor KP3 Bandara, seketika aku terkaget setengah mati ketika berpapasan dengan para penumpang lain yang membawa trolly dengan koper-koper di atasnya. Mereka datang membawa koper-koper bagasi mereka, sedangkan aku kok hanya membawa tas laptop… dimana koper-koper yang aku bawa dari Darwin? Seketika itu juga aku menjadi tegang, darah serasa mendesir di sekujur tubuhku dan badanku menjadi lemas. Timbul pikiran yang tidak karuan, bagaimana kalau sampai koper-koper itu hilang atau proses untuk mengurus pengambilannya butuh waktu lama dan waktu yang ada menjadi tidak “connect” dengan jadwal keberangkatanku dengan Batavia Air ke Jakarta jam 12.00 nanti… Kok jadi runyam urusannya!

Bergegas aku menuju pintu dimana waktu itu aku keluar dan ternyata pintu itu sudah ditutup dan terkunci, situasi ini semakin menambah keteganganku. Lalu aku diberitahu seorang supir taksi (mungkin salah satu yang kutolak tadi!) bahwa masuknya bisa dari pintu sebelah sana di tempat para security berjaga. Setelah menjelaskan dan minta ijin tujuannya maka aku masuk ke dalam. Tampak semua sudah sepi, kosong dan setelah menyusuri ruang-ruang yang ada akhirnya aku masuk ke ruang yang pintunya masih terbuka, di sana ada beberapa petugas (tidak jelas petugas Airasia atau petugas bandara) yang masih berjaga. Alhamdulillah ternyata koperku sudah diamankan oleh mereka dan alhamdulillah koper-koperku tersebut juga bisa diambil tanpa dipersulit oleh petugasnya, padahal petugas Airasia Darwin tidak memberikan stempel bagasi yang biasanya dilekatkan di tiket atau boarding pass.

Sekali lagi aku bersyukur dengan mengucapkan Alhamdulillah, karena mungkin semua ini adalah peringatan Allah kepadaku yang terlalu merasa percaya diri di sepanjang perjalanan namun sekaligus Allah juga memberikan kemudahan pada jalan keluarnya, oleh karena masih ada terselip niat baik karena Allah yaitu ketika itu aku berniat menunaikan ibadah sholat Subuh sehingga terburu-buru keluar pintu kedatangan dan terlupa mengambil koper yang diturunkan dari bagasi pesawat.

Ada-ada saja…

Bandara Ngurah Rai Bali, 22 Februari 2011

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More