Di Bandara
Darwin, Subuh dini hari ini aku merasa seperti orang bodoh atau orang kampung yang
masuk kota. Mulai dari check-in,
petugas Airasia (wanita bule) mengatakan sesuatu yang aku tidak jelas mendengarnya
(dalam bahasa Inggris sih!). Setelah aku minta diulang dengan bilang “sorry”, baru
aku agak mendengar kalau dia mengucapkan kata “parfum”, jadi aku bilang aja “no”,
karena mungkin maksudnya dia bertanya apakah di tas kabin yang aku bawa ada alkohol,
parfum, cairan, dan sejenisnya atau tidak. “Kenapa bodoh sekali aku untuk
urusan mendengar dalam bahasa Inggris”, gerutuku dalam hati.
Sebelumnya,
begitu masuk ke ruang tunggu bandara aku sudah mulai merasa tidak percaya diri
(grogi), tidak berani langsung melakukan check-in
di counter Airasia tapi aku perlu duduk-duduk
dulu, mengambil nafas, melihat sana-sini, baru setelah itu aku berani menuju ke
counter untuk melakukan check-in
meskipun sepertinya sama sekali belum ada calon penumpang lain yang sudah
melakukan check-in. Tampaknya aku datang
kepagian, barangkali terlalu bersemangat dan kangen untuk segera pulang ke
Indonesia. Heran… aku kok seperti orang yang baru pertama kali dating ke
bandara untuk naik pesawat.
Hal yang sama
terjadi lagi saat di pemeriksaan “x-ray”. Dalam berkomunikasi dengan petugasnya
aku hanya bisa mengerti sampai greetings
saja, setelah itu aku sulit mengerti apa yang ditanyakannya, hanya samar-samar
saja aku dengar kata-kata “laptop”, “handphone”, “belt”, jadi aku langsung buka
tas keluarkan laptop, keluarkan handphone dan buka ikat pinggang dari celana
jeans (celanaku yang longgar jadi agak kedodoran). Dan untungnya… ternyata…
kebetulan… apa aku tangkap dan aku lakukan itu benar seperti yang dia inginkan.
Kenapa telingaku kok masih “gatal’ aja kalau menyimak orang berbicara bahasa
Inggris, hehe…
Begitu pula
saat duduk-duduk menunggu di depan pintu ruang imigrasi yang masih terkunci dan
di sebelahku duduk seorang wanita bule, yang mungkin calon penumpang juga. Aku
bingung mau mengatakan apa dalam bahasa Inggris untuk bilang bahwa pintunya belum
dibuka, atau untuk bertanya apakah dia naik pesawat Airasia pukul 04.45 juga? Saking
merasa bodohnya, sampai-sampai aku segera menjauh darinya supaya dia tidak
mengajakku berbicara yang pasti akan semakin membuat kelabakan. Ampuuun… kok
ngepeeer… Malu-maluin deh!
Lagi-lagi
kebodohan terjadi lagi, kali ini saat pemeriksaan oleh pihak imigrasi dimana
petugasnya bertanya kenapa aku tidak mengisi halaman belakang yang isinya
tentang apakah kita membawa uang lebih dari 10.000 dolar Australia. Karena
memang aku lupa, aku segera ambil kembali form itu lalu membacanya sekilas dan
kemudian dengan yakin aku langsung kasih tanda silang di kolom “yes”. Karena
ragu dengan apa yang aku isi lalu dia bertanya lagi “Are you sure… show me your
money!” Aku terbengong dan berpikir apakah aku salah isi… Setelah betul-betul membaca
tulisannya aku baru mengerti bahwa yang dimaksud adalah kebalikannya, lalu aku
bilang “no” kemudian memberi tanda silang pada kolom “no”. Kemudian dia bilang “sign”
sambil menunjuk disamping kolom tersebut, lalu aku pun membubuhkan paraf
disamping koreksinya. Salah lagi… salah lagi…
Sungguh
menjadi “orang bodoh” atau orang tidak/belum tahu itu tidak enak/menyenangkan…
Rasanya diri ini malu dan tidak ada artinya lagi dihadapan mereka. Jadi apa
yang harus kita lakukan untuk menghindari atau mengatasinya. Pertama, sebaiknya
kita harus mempersiapkan diri dengan baik mengetahui informasi yang harus kita
miliki/ketahui sebelum menghadapi suatu kegiatan atau aktivitas yang
baru/berbeda bagi kita. Kedua, jangan melakukan hal-hal yang merupakan kesalahan
atau pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku agar kita tidak tambah stress.
Ketiga, kita harus menyadari bahwa bukan hanya kita saja yang bisa mengalami
hal tersebut saat menghadapi hal yang baru/berbeda tetapi semua orang bisa
mengalami hal yang sama; artinya hal itu adalah wajar atau bersifat manusiawi (alasan
yang terakhir ini bukan untuk mencari-cari alasan atau pembenaran/rasionalisasi
saja, tetapi memang benar demikian).
Bandara
Darwin, 22 Februari 2011
0 comments:
Post a Comment